MUNGKIN Anda pernah menemukan situasi ketika anak meminta sesuatu,
mengeluarkan jurus merengek jika tidak dikabulkan. Permintaan pun
dipenuhi. Tahukah Anda bahaya dari keputusan itu?
Dalam dunia
psikologi, perilaku anak yang meminta sesuatu dengan secara berlebihan
dikenal sebagai perilaku tantrum (temper tantrum). Menurut psikolog
anak, Aurora L. Toruan, MPsi., perilaku tantrum merupakan keadaan anak
yang belum dapat mengungkapkan keinginannya dengan sikap baik. Umumnya,
keadaan ini terkait dengan kemampuannya berkomunikasi yang masih belum
matang.
"Umumnya perilaku tersebut ditujukan pada orang tertentu
(orang tua atau pengasuh) dan di tempat umum (banyak orang yang akan
memperhatikan), " ujarnya kepada Plasadana.com yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.
Dia
menjelaskan, sikap tersebut kerap muncul pada anak umur 2-5 tahun. Pada
usia itu, anak berada di tahap mulai memahami bahwa punya keinginan
atau kehendak sendiri, sebagai pribadi yang terpisah dari orang tuanya.
Bentuk
perilaku tantrum anak pun beragam. Ada yang memiliki keinginan kuat dan
kesulitan menyampaikannya, ada juga yang mudah untuk dibimbing. Aurora
berpendapat bahwa perilaku tantrum tidak menjadi masalah asal tidak
berlebihan.
"Kalau sudah berlebihan, sebaiknya dikonsultasikan kepada profesional, dokter, atau psikolog," ujarnya.
Beberapa
indikasi berlebihan, pertama perilaku tantrumnya sering, misal bisa
lebih dari tiga kali dalam satu hari. Kedua, berlangsung lama (tidak
mudah ditangani orang tua) misalnya, lebih lama dari 15 menit. Ketiga,
ditampilkan oleh anak berusia di bawah 1 tahun atau di atas 5 tahun.
Konsultan
psikologi di Keara ini menuturkan, beberapa penyebab anak berperilaku
tantrum, di antaranya akibat persaingan saudara atau sulitnya mengenal
mainan. Bisa juga akibat bermasalah dalam berbicara atau kondisi fisik
anak yang tidak nyaman.
Aurora menambahkan, perilaku ini bisa
juga muncul akibat adanya permasalahan keluarga, seperti perilaku
protektif, permisif (memanjakan), orang tua yang tidak disiplin, anak
sering dikritik, anak tidak mendapat perhatian, hingga masalah
pernikahan.
Aurora mengingatkan agar orang tua menangani anak
berperilaku tantrum secara hati-hati. Jika permintaan anak sering
dituruti, maka ia tidak terlatih menyampaikan keinginannya dengan cara
tepat dan menganggap segala keinginannya dapat dipenuhi dalam segala
hal.
Alhasil, ketika dewasa, anak suit mengelola ekspresi
kemarahan dan sulit menjaga relasi yang baik dengan orang lain. Di sisi
lain, jika orang tua sering menolak, anak akan merasa rendah diri, tidak
layak memperoleh hal baik, dan berperan layaknya orang bodoh. Dalam
situasi ini, anak tantrum bisa memperlakukan hal serupa kepada anaknya
di kala mereka dewasa.
Aurora menyarankan agar orang tua
mengajarkan anak untuk berlatih menguasai emosi diri sendiri dan juga
orang lain di sekitar. Bisa juga dengan cara mengalihkan perhatian anak,
berikan pelatihan disiplin singkat, hindari kritik berlebihan kepada
anak, hargai perilaku anak, dan cari penyebab anak tantrum.
Apabila
anak sudah terbiasa manja, mulailah ajak komunikasi terbuka. Selain
itu,, orang tua harus yakin bahwa anak masih dapat mempelajari dan
memiliki keinginan menampilkan perilaku yang baik.
Sumber : Yahoo
No comments:
Post a Comment